Bagi banyak orang, 2020 telah menjadi tahun yang sulit untuk bepergian. Pandemi Covid 19 telah membuat perjalanan antar negara dibatasi dengan ketat sejak Maret. Selain itu, banyak maskapai penerbangan yang menangguhkan penerbangan penumpang mereka untuk menghindari penyebaran virus.
Namun bagi seorang penduduk lokal Uni Emirat Arab bernama Khawla Al Romaithi, ceritanya sedikit berbeda. Melansir The National , awal tahun 2020 ini, Al Romaithi melakukan perjalanan dengan mendarat di tujuh benua dalam waktu yang memecahkan rekor. Pada bulan Februari, wanita yang berprofesi sebagai dokter tersebut memulai perjalanan yang membawanya ke seluruh dunia dalam waktu tiga hari, 14 jam, 46 menit dan 48 detik.
Guinness World Records minggu ini menyatakan perjalanan Al Romaithi sebagai perjalanan tercepat yang pernah dilakukan siapa pun ke Antartika, Oseania, Eropa, Asia, Afrika, dan Amerika. Rekor sebelumnya dibuat oleh orang Amerika Serikat, Kasey Stewart dan Julie Berry pada Desember 2017 dengan lima jam lebih lambat dari waktu yang ditorehkan oleh Al Romaithi. Bagi Al Romaithi, ide liburan yang memecahkan rekor itu muncul karena kecintaan yang sudah lama melekat pada dunia traveling.
“Setelah melihat lebih banyak negara, pola pikir saya berubah. Ketika anak anak saya tumbuh, mereka terpesona dengan budaya baru, jadi kami pergi ke beberapa Situs Warisan Dunia. Perjalanan kami berevolusi untuk mencakup petualangan, melakukan aktivitas seperti mendaki Machu Picchu dan naik perahu di bawah Air Terjun Iguazu Brasil," kata Al Romaithi kepada The National . “Saya pernah mendengar tentang banyak warga negara yang bepergian ke negara negara di seluruh dunia tetapi tidak terlalu sering mendengar seorang ibu melakukan hal yang sama. Saya ingin penduduk UEA dan orang orang dari semua negara bahagia dan bangga,” jelasnya. Ini tentu bukan pertama kalinya UEA dikaitkan dengan prestasi yang memecahkan rekor.
Negara tersebut tercatat sudah memegang gelar untuk gedung tertinggi di dunia, dinding video high definition terbesar, mobil polisi tercepat dalam pelayanan, dan masih banyak lagi. "Saya ingin menunjukkan kepada dunia dan masyarakat kita bahwa penduduk UEA, mampu mencapai tonggak pemecahan rekor yang luar biasa," kata Al Romaithi kepada Guinness World Records. Berangkat dari Antartika, Al Romaithi mengibarkan bendera UEA di benua paling selatan di dunia sebelum terbang ke Afrika.
Dari sana, dia melakukan perjalanan ke Asia dan kemudian terbang ke Inggris di Eropa sebelum melakukan perjalanan ke Amerika Utara. Berangkat dari New York, dia melakukan perjalanan ke Amerika Selatan lalu mengakhiri perjalanannya di Australia. Perjalanan berakhir pada 13 Februari 2020.
Beruntung bagi Al Romaithi, perjalanannya terjadi tepat sebelum dampak penuh dari Covid 19 diketahui. “Meskipun Covid 19 ada di luar sana, saya beruntung virus tersebut belum dinyatakan sebagai pandemi ketika saya melakukan perjalanan. Tidak pernah terpikir oleh saya itu akan mengubah dunia seperti ini, jadi saya sangat beruntung," katanya. Al Romaithi menunjukkan bahwa perjalanan yang ia lalui tidaklah mudah, ada juga beberapa kendala yang harus ia lewati.
“Itu adalah perjalanan yang sulit, upaya tersebut menuntut banyak kesabaran, terutama di bandara, serta harus berurusan dengan perjalanan pesawat yang konstan," kata Al Romaithi. Selain mendarat di tujuh benua, Al Romaithi telah mengunjungi semua 195 negara yang diakui oleh PBB. Dia juga mengunjungi wilayah tambahan termasuk Gibraltar, Polinesia Prancis, dan Greenland.
Bepergian membuatAl Romaithi mengapresiasinegara asalnya, sekaligus menyoroti kesamaan yang dimiliki oleh orang orang di negara di seluruh dunia. “Menjadi pribadi lain dan mengetahui beberapa bahasa membantu saya untuk mendobrak hambatan, memperkuat ikatan dan menjalin lebih banyak teman internasional di sepanjang jalan,” kata Al Romaithi. "Itu membuat saya lebih menghargai apa yang kami miliki di UEA berkat kepemimpinan yang telah mengembangkan negara kami," tambahnya.
Setelah menerima konfirmasi dari Guinness World Records bahwa dia telah memecahkan rekor sebelumnya karena bepergian ke tujuh benua, Al Romaithi kehilangan kata kata. “Untuk mendapatkan penghargaan tersebut, kamu harus melalui proses penilaian dan kualifikasi yang ketat. Saya tidak bisa berkata kata bahwa itu benar benar terjadi," ungkap Al Romaithi.